15.2.10

MUSUH BEBUYUTAN PENULIS PEMULA Oleh: Lindawati

Musuh jangan dicari jika datang jangan dihindari, ada saatnya melawan, ada saatnya berhenti sejenak untuk atur strategi. Manusia pun punya musuh sejati yaitu syetan laknatullah, yang akan terus ada sampai akhir masa. Bagaimana dengan manusia yang ingin menjadi penulis? Mempunyai musuhkah? Jawabnya adalah YA.

Seseorang yang ingin berkiprah dan berkecimpung dalam dunia tulis-menulis serta menyiapkan diri untuk berprofesi sebagai penulis juga mempunyai musuh. Biasanya, seorang penulis pemula selalu dihinggapi oleh musuh bebuyutannya dunia kepenulisan. Bahkan seorang Andrea Hirata, Habibirrahman el Syirazi atau Helvi Tiana Rosa sekalipun juga berangkat dari seorang penulis pemula yang kemudian dikenal dengan karya-karya mereka yang bisa membuka mata dunia.

Bagaimana dengan kita, saya dan anda, apakah akan bisa menjadi penulis sebenarnya? Bukan lagi penulis pemula. Jawabnya bisa.

Berikut ada beberapa motivasi bagi seorang penulis pemula yang diberikan oleh Jonru[i] dalam newsletter www.BelajarMenulis.com. Jonru memberikan wejangan untuk penulis pemula agar tidak mematikan motivasi menulis dan berusaha untuk terus menyalakan semangat menulis dengan cara menghilangkan semua hal yang menghalangi. Apalagi kalau bukan musuh bebuyutan calon penulis.

Ada beberapa musuh nyata dalam diri para penulis pemula yang berawal dari dalam dirinya sendiri.

1. Takut ditolak.

Setiap penulis pemula merasa selalu takut karyanya ditolak, dengan artian takut gagal. Padahal untuk menuju gerbang sukses, kita harus mampu melewati yang namanya kegagalan. Begitu banyak orang yang siap berhasil, tapi hanya sedikit yang siap untuk gagal. Patut diingat dan direnungkan, penulis-penulis yang ternama sekarang juga pernah merasakan bagaimana karyanya ditolak, so, bukan kita yang pemula saja yang merasakan.

Ditolaknya tulisan di sebuah media bukan berarti tulisan itu jelek, mungkin saja media itu tidak cocok dengan tema, dan gaya bahasa yang kita buat tetapi di media lain bisa jadi tulisan kita dimuat. Untuk mewujudkan diri menjadi penulis terkenal perlu proses. Kupu-kupu yang cantik pun perlu bermetamorfosis secara betahap untuk menjadi indah dan dikagumi banyak orang. Mengapa kita manusia sebagai ciptaan Allah yang sempuna, tidak bisa? So, don’t worry.



2. Minder

Seperti gadis ABG yang selalu bertanya, cantikkah saya? Selalu mematut diri di cermin agar yakin diri ini layak untuk dilihat orang terutama sang jejaka. Itu jugalah yang terjadi pada penulis pemula. Minder dengan kualitas naskah yang dihasilkan. Padahal jelek dan tidak bagus itu hanyalah perasan semata. Seperti wajah, tulisanpun relatif, sesuai dengan minat orang yang melihat atau membaca. Jawaban jelek atau bagus itu tergantung. Jika jelek tulisan maka koreksi yang bagus untuk kita. Ibarat wajah bisa di make over. Nah dalam tulisan pun begitu.

Biarkan semua orang atau teman-teman membaca tulisan yang telah dibuat. Semakin banyak proses perbaikan, semakin kaya pengetahun, maka tulisan menjadi lebih layak untuk kita kirim ke media. Dan untuk bertemu dengan orang-orang yang care dengan tulisan kita salah satunya bergabung dengan komunitas kepenulisan. Why not.



3. Membesar-besarkan masalah

Ini yang lebih berabe. Membesar-besarkan masalah. Maksudnya begitu banyak alasan yang menunda-nunda kita untuk bisa menjadi penulis.

Saya tidak bisa menulis karena rumah bising, saya sibuk nanti sajalah, saya tak punya komputer, saya menulis nanti saja setelah tamat sekolah.

Begitu banyaknya alasan yang membuat kita belum juga menggerakkan tangan untuk menulis meskipun ide bertebaran di kepala.

Gola Gong bertangan satu tetapi tetap produktif menulis, anggota FLP Hongkong adalah para pembantu tetapi masih bisa menulis. Mereka menulis pada saat-saat kosong mereka meskipun di kamar mandi atau saat lampu dipadamkan. Ingatlah selalu pesan Jonru berikut: Hadirkan motivasi di hati anda, maka semua masalah di atas tak ada artinya sama sekali.



4. Dikritik lalu mati

Mental. Ini yang harus disiapkan oleh seorang penulis pemula terutama yang sudah bergabung dengan komunitas penulis. Dikritik langsung mati, itulah yang sering terjadi. Orang ditembak saja tidak ada yang langsung mati. Amrozi saja harus ditembak beberapa butir peluru di jantungnya baru mati. Oups agak sedikit nyleneh. Dikritik adalah suatu hal yang biasa dalam menulis. Jika tulisan kita tidak dikritik berarti teman-teman yang menjadi pembaca tidak sayang pada kita. Karena cinta dan demi kemajuan kita itulah mereka mengkritik agar ada kemajuan terhadap karya kita selanjutnya. Don’t be afraid.



5. Tidak sabaran

Smua orang mencapai tangga atas itu selalu dari bawah. Dalam menulis, juga di mulai dari awal dan bertahap, kuncinya adalah kesabaran. Dalam setiap aktivitas apapun kita harus sabar, termasuk dalam menulis. Tidak ada segala sesuatunya yang instan. Mie instan pun dikerjakan juga bertahap, dari rebus air dulu, tidak bisa langsung jadi. Apalagi menulis. Semua kesuksesan itu perlu proses. Jika hari ini naskah ditolak bukan berarti esok harinya juga. Jika Thomas Alva Edison tidak sabar dalam percobaannya membuat lampu sampai yang ke seribu mungkin kita tidak akan terang benderang seperti ini. Take it easy, man.



6. Malas berusaha.

Semua bidang apapun akan dihinggapi penyakit “M” ini. Tidak hanya penulis saja. Kesuksesan tidak akan pernah menghampiri sang pemalas. Ingat sajalah, kalau kita malas menyuap nasi ke mulut mana mungkin nasi itu masuk. Itu hal sepele, baru tentang makan. Hal ini yang harus dihilangkan, sepersti tips yang diberikan Bang Brur (Ahmad Mabruri[ii]) pada saat saya ikut pelatihan jurnalistik, hal senada juga diutarakan Helvi Tiana Rosa juga beberapa orang penulis ternama lainnya, kunci sukses untuk menjadi penulis adalah:

1. menulis,

2. menulis, dan

3. menulis.

Mulailah menulis meskipun hanya satu paragraf setiap hari. Mulailah dengan pengalaman yang terjadi di sekitar kita, berikan pendapat-pendapat singkat dengan kalimat sederhana.

Jadi, usirlah musuh yang ada dalam diri para penulis pemula, termasuk saya, dan mungkin juga anda.

***

Penulis adalah Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di Pesantren Terpadu Serambi Mekah Padang Panjang, juga mantan bendahara FLP Sumbar Periode 2006-2008


Masukkan Code ini K1-3331A9-2
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com
Download Internet Manager, biar download lebih cepat
Download WinRAR, pembaca RAR File

1 komentar:

Admin mengatakan...

waaaaah pas banget mbaaaa.saya dari kecil ingin sekali menuangkan ide"/khayalan" yang ada di kepala saya menjadi sebuah karya tulis yang utuh.tapi sampai sekarang belum berani majuuu :(
ngomong" komunitas untuk penulis pemula disekitar depok itu dimana ya mba?boleh minta linknya-kah?terimakasih :)